7. PENGARUH
AL-QURAN-1
Oleh:
Haitami Lubis,S.Ag,S.Pd.I
الشلا
م عليكم ور حمة الله و بر كا ته
الحمد
لله رب العا المين. والصلا ة والسلا م على البشير النذير.
.وأنزل
عليه الكتا ب المبين .الذي
أرسله الله رحمة للعالمين
;من اعتصم به فقد هدي إلى صراط
المستقيم.اما بعد
;وقال
تعا لى في القران الكريم.اعود با لله من الشيطا ن الرجيم.بسم الله الرحمن الرحيم
وَإِذَا مَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ
فَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمۡ زَادَتۡهُ هَٰذِهِۦٓ إِيمَٰنٗاۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ فَزَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَهُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ ١٢٤
“Dan
apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang
berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya)
surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini
menambah imannya, dan mereka merasa gembira”. (QS.At Taubah/9:124).
Ibuk-ibuk
Rahimakumullah.
Alhamdulillah kita ucapkan kepada Allah,
yang telah mempertemukan kita dalam majlis ilmu yang mulia ini di mesjid
HIJRATURRIDHA dalam wadah Perwiritan Kaum Ibu Majlis Ta’lim Hijraturridha.
Mudah-mudahan dengan majlis ilmu ini kita benar-benar hijrah menuju Ridha
Allah. Amin ya Robbal ‘Alamin!
Shalawat serta salam kita
hadiahkan kepada baginda Rasulullah Saw. yang telah membawa Risalah Islam untuk
seluruh manusia.Yang dalam sebuah sabdanya : Aku tinggalkan 2 pusaka, yang
hanya berpedoman pada keduanya sajalah kamu tidak akan pernah sesat selamanya,
dua pusaka itu adalah Al-Quran dan Sunnah; yang dengan mempedomani Al Quran dan
Sunnah itu, kita pasti masuk surga. Amin ya Robbal ‘Alamin!
Adapun judul
ceramah saya kali ini adalah PENGARUH AL QURAN-1
PENGARUH
AL QURAN TERHADAP ORANG KAFIR & AHLI KITAB
Ibuk-ibuk Rahimakumullah.
Bagaimana pengaruh Al Quran
terhadap orang kafir dan ahli kitab?
Pengaruh Al Quran bagi mereka sedikit sekali.
Kebanyakan mereka mengingkari Al Quran. Pengaruh Al Quran terhadap orang kafir
Allah gambarkan pada QS.Al Baqarah:6:
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ سَوَآءٌ
عَلَيۡهِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ٦
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu
beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan
beriman”. (QS.Al Baqarah/2:6)
Menurut tafsir
Jalalain, ayat ini berkenaan dengan Abu Jahal, Abu Lahab dan lainnya kafir Quraisy, yang
tidak mau beriman kepada Allah.
Jadi
buk, orang-orang yang semodel dengan Abu Jahal dan Abu Lahab; Al Quran tidak
akan mempengaruhi mereka untuk beriman. Di dalam sejarah dapat kita lihat
bagaimana kerasnya penentangan mereka terhadap Islam dan Al Quran. Walaupun
begitu mereka pernah mencuri-curi untuk mendengarkan Al Quran. Di buku Sejarah Hidup Muhammad karya Muhammad Husein
Haikal hal. 130 diceritakan bahwa Abu Sufyan bin Harb, Abu Jahl bin Hisyam dan
al- Akhnas bin Syariq malam itu pergi ingin mendengarkan Muhammad ketika sedang
membaca Al Quran di rumahnya. Mereka masing-masing mengambil tempat
sendiri-sendiri untuk mendengarkan, dan tempat satu sama lain tidak saling
diketahui. Muhammad yang biasa bangun tengah malam, malam itu juga ia sedang
membaca Quran dengan tenang dan damai. Dengan suaranya yang sedap itu ayat-ayat
suci bergema ke dalam telinga dan kalbu. – Tetapi sudah fajar tiba, mereka yang
mendengarkan itu terpencar pulang ke rumah masing-masing. Di tengah jalan,
ketika mereka bertemu, masing-masing mau saling menyalahkan: Jangan terulang
lagi. Kalau kita dilihat orang-orang yang masih bodoh, ini akan melemahkan
kedudukan kita dan mereka akan berpihak kepada Muhammad.
Ternyata
mereka 3 malam berturut-turut mendengarkan Al Quran secara sembunyi-sembunyi
dan ketika fajar muncul, mereka saling bertemu dan saling menyalahkan.
Sebenarnya, ketika mereka mendengarkan Al Quran; mereka kagum dengan keindahan
bahasa Al Quran. Tetapi karena kesombongan yang bersemayam di dalam dada merekalah
yang membuat mereka tetap dalam kekafiran.
Kenapa Al Quran
tidak dapat berpengaruh terhadap orang kafir? Karena Allah telah mengunci mati
hati dan pendengaran mereka disebabkan kekafiran mereka.
خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ
وَعَلَىٰ سَمۡعِهِمۡۖ وَعَلَىٰٓ أَبۡصَٰرِهِمۡ غِشَٰوَةٞۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ
٧
“ Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan
penglihatan mereka ditutup dan bagi mereka siksa yang amat berat”.(QS.Al
Baqarah/2:7)
Jadi,
sebab orang kafir-sama saja diberi peringatan atau tidak, mereka akan tetap
dalam kekafirannya dikarenakan Allah sudah menutup hati mereka untuk
beriman-dikarenakan kesombongan mereka sendiri.
Dan ini Allah jelaskan dalam QS’Al
Jatsiyah/45:8:
يَسۡمَعُ
ءَايَٰتِ ٱللَّهِ تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ثُمَّ يُصِرُّ مُسۡتَكۡبِرٗا كَأَن لَّمۡ يَسۡمَعۡهَاۖ
فَبَشِّرۡهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٖ ٨
“Dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan
kepadanya kemudian dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak
mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih”.
Selanjutnya
pengaruh Al Quran terhadap Ahli Kitab, dapat kita lihat di dalam Qs.Ar
Ra’ad/13:36:
وَٱلَّذِينَ ءَاتَيۡنَٰهُمُ
ٱلۡكِتَٰبَ يَفۡرَحُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَۖ وَمِنَ ٱلۡأَحۡزَابِ مَن يُنكِرُ
بَعۡضَهُۥۚ قُلۡ إِنَّمَآ أُمِرۡتُ أَنۡ أَعۡبُدَ ٱللَّهَ وَلَآ أُشۡرِكَ بِهِۦٓۚ
إِلَيۡهِ أَدۡعُواْ وَإِلَيۡهِ مََٔابِ ٣٦
“Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka
bergembira dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara
golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari
sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk
menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. hanya
kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali".
Di
dalam tafsir Al-Wasith karya Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili hal. 215-216
menyebutkan bahwa ayat ini berkenaan dengan orang-orang dari kalangan Ahli
Kitab yang beriman; yang mereka bergembira dengan ayat-ayat yang diturunkan
kepada Nabi Saw. yang membenarkan syariat-syariat mereka dan hukum-hukum Tuhan
mereka. Mereka adalah sejumlah orang Yahudi seperti Abdullah bin Salam dan
sahabat-sahabatnya, Salman al-Farisi dan kalangan lainnya dari kaum Nasrani
Habasyah, Yaman dan Najran. Jumlah mereka adalah 80 orang.
Menurut Tafsir Jalalain
ayat ini berkenaan dengan masuk Islamnya Pendeta Yahudi Abdullah bin Salam yang
mengakui Nabi Muhammad Saw., karena nama beliau
ada tertera di dalam Taurat.
Di internet saya baca kisah
Abdullah bin Salam bahwa beliau: adalah salah seorang ulamanya kaum Yahudi di
Madinah. Ketika Nabi SAW telah sampai di Madinah, ia penasaran dengan pengakuan
kenabian beliau tersebut, karena itu ia segera menemui beliau. Sebagian riwayat
menyebutkan, ia telah siap menyambut dan menemui beliau di Quba karena telah
mengetahui rencana kedatangan beliau, riwayat lain ketika Nabi SAW telah
tinggal di Madinah.
Ketika telah bertemu beliau ia
berkata, "Sesungguhnya aku akan bertanya kepadamu tentang tiga hal, yang
tidak diketahui kecuali oleh seorang Nabi. Yakni, apakah permulaan tanda-tanda
kiamat, apakah makanan pertama yang dimakan penduduk surga, dan apa sebabnya
anak menyerupai ayahnya dan juga ibunya?"
Nabi
SAW tersenyum mendengar penuturan tersebut dan berkata bahwa Malaikat Jibril baru
saja memberitahukan tentang perkara-perkara tersebut. Tetapi Abdullah bin Salam
menyatakan bahwa Malaikat Jibril tersebut adalah musuh dari kaum Yahudi, karena
itu ia tidak percaya dengan penuturannya. Sekali lagi beliau tersenyum tanpa
terlalu mendebatnya, kemudian bersabda, "Adapun permulaan tanda kiamat,
adalah munculnya api yang mengumpulkan manusia dari arah timur ke barat. Dan
makanan pertama dari penduduk surga adalah tambahan hati ikan Hut. Mengenai
keserupaan seorang anak, apabila air mani (sperma) sang bapak mendahului air
mani (sel telur) sang ibu, maka anak tersebut akan menyerupai bapaknya.
Sebaliknya, jika air mani (sel telur) ibunya mendahului air mani (sperma)
bapaknya, maka anak tersebut akan menyerupai ibunya."
Sungguh bijak sekali Nabi SAW
tidak mendebatnya masalah Malaikat Jibril. Tetapi begitu jawaban melalui
Malaikat Jibril tersebut disampaikan, Abdullah bin Salam langsung mengucap
syahadat untuk memeluk Islam tanpa sedikitpun keraguan. Kemudian ia berkata,
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang Yahudi itu kaum pendusta. Jika
mereka mengetahui keislamanku sebelum engkau bertanya kepada mereka, tentu
mereka akan menyebutku pendusta…"
Tidak berapa lama, beberapa orang
Yahudi mendatangi Nabi SAW, segera saja Abdullah bin Salam bersembunyi. Beliau
bertanya kepada mereka, “Bagaimana kedudukan Abdullah bin Salam di antara
kalian?” Merekapun menjelaskan, "Dia adalah orang yang terpandai di antara
kami, dan anak dari orang yang terpandai di antara kami. Dia adalah orang yang
terbaik di antara kami, anak dari orang yang terbaik di antara kami."
"Bagaimana pendapat kalian jika Abdullah bin
Salam telah memeluk Islam?" Nabi SAW bertanya.
Mereka menjawab,
"Semoga Allah melindunginya dari hal tersebut!"
Mereka mengulang ucapan tersebut
sampai dua atau tiga kali. Segera saja Abdullah bin Salam keluar dari
persembunyiannya dan mengucapkan syahadat menyatakan dirinya sebagai seorang
muslim di hadapan kaumnya. Dan benarlah apa yang dikatakan Abdullah bin Salam
sebelumnya. Segera saja mereka mencaci maki dirinya, dan berkata kepada Nabi
SAW, "Dialah orang yang terburuk di antara kami, anak dari orang yang
terburuk di antara kami…" (http://percikkisahsahabat.blogspot.co.id/2012/01/abdullah-bin-salam-ra.html).
Akhirnya
buk, setelah - awalnya mereka memuji Abdullah bin Salam, maka ketika Abdullah
bin Salam menyatakan keimanannya, merekapun menolaknya dengan mengatakan
kedustaannya. Hal ini mirip dengan peristiwa diawal
Nabi Muhammad Saw. memproklamirkan kenabiannya yang ditolak Abu Lahab. Seperti yang dikisahkan pada Buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyur-Rahman
Al-Mubarakfury hal. 108: Al Bukhari telah meriwayatkan sebagian dari kisah ini,
dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Tatkala turun ayat,” Dan berilah peringatan
kepada kerabat-kerabatmu yang dekat”, maka Nabi Saw. naik ke Shafa, lalu
berseru,” Wahai Bani Fihr, wahai Bani Ady....!” yang ditujukan kepada semua
suku Quraisy, hingga mereka berkumpul semua. Jika ada seseorang yang
berhalangan hadir, maka dia mengirim utusan untuk melihat apa yang terjadi. Abu
Lahab beserta para pemuka Quraisy juga ikut datang.- Beliau melanjutkan, “Apa
pendapat kalian jika kukabarkan bahwa di lembah ini ada sepasukan kuda yang
mengepung kalian, apakah kalian percaya kepadaku?” “Benar,” jawab mereka,” kami
tidak pernah mempunyai pengalaman bersama engkau kecuali kejujuran.” Beliau
bersabda,” Sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian sebelum datangnya
azab yang pedih.” Abu Lahab berkata,” Celakalah engkau untuk selama-lamanya.
Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?”...
Awalnya
mereka memuji Nabi dengan mengatakan orang yang jujur - setelah diberi
peringatan - merekapun menolaknya.
Ibuk-ibuk
Rahimakumullah
Kemudian
menurut catatan kaki Al Quran terjemahan Kemenag RI yang dimaksud dengan
Walladzina atainahumul kitaba adalah orang Yahudi dan Nasrani yang telah masuk
Islam.
Jadi ayat ini
menerangkan bahwa pengaruh Al Quran terhadap ahli kitab terbagi dua. Ada yang tetap dalam kekafiran dan ada yang beriman. Seperti yang
dikatakan Allah juga dalam QS. Ali Imran: 199:
وَإِنَّ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ
لَمَن يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُمۡ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِمۡ خَٰشِعِينَ
لِلَّهِ لَا يَشۡتَرُونَ بَِٔايَٰتِ ٱللَّهِ ثَمَنٗا قَلِيلًاۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ
عِندَ رَبِّهِمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ
“Dan sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada
Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada
mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan
ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.”
Dalam tafsir
Al-Wasith karya Wahbah Az-Zuhaili Jilid 1 hal.250 dapat kita pahami bahwa ayat
ini berkenaan berimannya seorang ahli kitab, Raja Habasyah An Najasyi. Dan
ketika beliau wafat maka Rasul menyuruh sahabat untuk melakukan shalat ghaib.
PENGARUH
AL QURAN TERHADAP ORANG MUNAFIK
Kita
mulai lagi dari ayat diawal yaitu QS. At-Taubah:124:
وَإِذَا مَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ
فَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمۡ زَادَتۡهُ هَٰذِهِۦٓ إِيمَٰنٗاۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ فَزَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَهُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ ١٢٤
“Dan
apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada
yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini
menambah imannya, dan mereka merasa gembira”.
Tafsir Fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb Jilid 6 hal.
70-71 berkomentar: Pertanyaan pada ayat pertama,”Siapakah diantara kamu yang
bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini?”, adalah pertanyaan orang
yang ragu-ragu. Hal itu tak diucapkan kecuali oleh orang yang tak merasakan
getar surah ini yang diturunkan dalam hatinya. Karena jika tidak, niscaya ia
akan berbicara tentang pengaruh-pengaruhnya dalam dirinya, bukannya malah
bertanya kepada orang lain. Ia pada waktu yang sama membawa aroma merendahkan
derejat surah yang diturunkan dan meragukan pengaruh surah ini dalam hati.
Artinya bahwa surah ini mengambarkan sikap orang munafik
terhadap Al Quran. Mereka ragu-ragu dan tidak berpengaruh pada jiwa mereka.
Adapun
pengaruh Al Quran terhadap orang munafik ditegaskan Allah, seperti ayat berikut
ini: QS.Al Anfal/8:21-23:
وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ
قَالُواْ سَمِعۡنَا وَهُمۡ لَا يَسۡمَعُونَ ٢١ ۞إِنَّ شَرَّ ٱلدَّوَآبِّ عِندَ ٱللَّهِ
ٱلصُّمُّ ٱلۡبُكۡمُ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡقِلُونَ ٢٢ وَلَوۡ عَلِمَ ٱللَّهُ فِيهِمۡ خَيۡرٗا
لَّأَسۡمَعَهُمۡۖ وَلَوۡ أَسۡمَعَهُمۡ لَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعۡرِضُونَ ٢٣
“Dan
janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata "Kami
mendengarkan, padahal
mereka tidak mendengarkan. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang
seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang
tidak mengerti apa-apapun. Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada
mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. dan jikalau Allah
menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang
mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu)”.
Ayat
ini menggambarkan model orang munafik dalam mendengar Al Quran, seperti yang dapat
difahami dari tafsir Al Azhar Buya Hamka hal. 277: Memang banyak orang
mendengar Al Quran dengan telinganya dan tidak dihubungkan dengan hati,
sehingga mereka tidak memahami. Manusia, jika tidak menggunakan akalnya maka
mereka lebih hina dari pada binatang. Jika akal dipergunakan dengan baik, maka
jiwa bisa mendengar sehingga terbimbinglah dalam agama yang benar. Ada
orang-orang yang sampai seruan kepada mereka, tetapi mereka salah artikan yang
mereka dengar sehingga mereka berpaling
karena dianggap merugikan hawa nafsu mereka.
Jadi,
buk model orang munafik – Al Quran mereka dengar, tetapi tidak berpengaruh
sedikitpun; karena mereka tidak menggunakan akal dan hati untuk memahami
ayat-ayat Allah. Kemudian, jika mereka pahami - mereka artikan sesuai dengan
keinginan hawa nafsu mereka. A - kata Al Quran, tetapi B – dalam perakteknya –
sesuai dengan keinginan nafsu mereka.
PENUTUP
Sebagai penutup dapat disimpulkan bahwa :
1.
Al Quran tidak berpengaruh bagi orang kafir yang menyombongkan diri.
2.
Kepada Ahli kitab, ada yang beriman kepada Al Quran ada yang tidak.
3.
Orang munafik – Al Quran tidak berpengaruh pada mereka. Kalaupun mereka
mendengarkan Al Quran, maka mereka pahami sesuai dengan hawa nafsu mereka.
Demikianlah !
Fa’tabiru ya ulil albab.
الشلا
م عليكم ور حمة الله و بر كا ته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar